Lembaran Putih ABu-abu


Chapter 2

            Hari ini aka nada latihan menari di sekolah. Risa juga ikut latihan bersamaku. Kami belajar tari garuda nusantara, tari yang cukup gagah menurutku. Kami berlatih hingga pukul 15.30, kemudian bersiap untuk pulang. Aku pulang bersama Risa dan Dela, Vira sedang kencan dengan kekasihnya, kalau Nada sedang ada acara keluarga. Kami mampir di warung soto lamongan, biasalah masa pertumbuhan darus banyak makan, hehe. Mungkin karena lapar dan kehabisan energy, Risa makan 2 mangkuk soto. Dela yang dari tadi memperhatikan Risa tertawa sendiri.
            “Wkwk, kamu lapar atau rakus?” tanya Dela.
            “Kita kan masa pertumbuhan, ya gini ini,” jawab Risa.
            “Anggun, lihat Risa. Dia bisa sakit perut jika makan 2 mangkuk,” ujar Dela.
“Biarlah Del, jika itu yang membuatnya senang. Daripada melihatnya gala uterus karena di php cowok, yak an,” ucapku.
“Risa itu bukan di php, dianya malah yang ngephp cowok, haha,” ucap Dela.
“Sudahlah makan. Lagian aku ngephp cowok itu, biar dia tau rasanya sakit hati,” ucap Risa kesal.
“Wah, pengalaman disakiti nih, hehe,” godaku.
Setelah itu kami pulang ke rumah masing-masing. Kami ada grup whatsapp, Vira mengajak untuk main bareng di rumahku. Akhirnya Vira, Dela, Risa, Nada, Lia, dan Aysa yang pendiam datang ke rumah jam 7 malam. Hitung-hitung mereka akan menemaniku mala mini. Nada ingin makan samyang, Risa mengusulkan bagaimana jika challenge Samyang dengan bon cabe. Terlihat Aysa yang dari tadi menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda tidak setuju. Vira yang usil langsung mengajakku untuk masak Samyang di dapur, dan yang lain mempersiapkan alat makan, serta memasang kamera untuk di rekam. Nada ingin kami famous di Instagram dan youtube pastinya. Setelah memasak, setiap piring ditaburi 1 bungkus bon cabe level 15, mantap bukan. Lantas kami segera membuat vlog ini dan segera memakannya sebelum dingin. Aysa tampak sangan khawatir.
            “Halo gaes, kita lagi ada challenge samyang nih,” ucap Nada.
“Ya benar, ditambah dengan 1 buah bon cabe level 15, muantap pastinya gaes. Bisa dibeli di toko terdekat, jika tidak pedas berarti tidak menantang,” ucap Vira.
“Kamu kok promosi, wkwk,” ucap Dela.
“Biasa, Vira kan kayak sales, apa-apa promosi, huhh,” ucap Lia cekikikan.
Kami yang dari tadi asik mengobrol dengan menikmati samyang. Tidak mendengar suara Aysa sama sekali, ternyata ia menahan air mata yang hamper turun bercucuran.
            “Kamu baper ya Ay,” ucap Lia.
            “Aku tak tahan dengan rasanya gaes,” ucapnya menahan pedas.
            “Gak mau tau, harus habis pokoknya,” ucap Nada.
            “Semangat Aysa, kamu pasti bisa,” ucap Dela.
Mungkin Aysa berfikir, semangat apanya, pedes banget sampai aku ingin menangis, hehehe. Setelah makan, kami mencuci piring, bagiannya Risa dan Nada ini wkwk. Tetap seperti rutinitas, kami menonton film horor, yaitu munafik 2. Meskipun kami semua adalah penakut, jika dilakukan bersama-sama kan, takutnya bareng, jadi saling melengkapilah, hehe.
            “Hei, lihat, mana ada setan yang merayap,” ujar Aysa.
            “Namanya juga film Ay,” jawab Risa dan Dela bersamaan.
            “Lihat itu, setannya bisa khayang,” ujar Aysa.
            “Namanya juga film Ay,” jawab Risa dan Dela bersamaan.
Sebelum Aysa berbicara lagi, Lia menutup mulutnya dengan bantal. Mungkin karena dari tadi Aysa yang banyak omong. Saat adegan yang mencekam, tiba-tiba lampu rumahku padam. Semua menjerit dan berpelukan satu sama lain.
            “Risa, ayo cek ke sakelar di depan,” ucap Vira.
            “Aduh, ini sangat menyeramkan,” jawab Risa.
            “Benar, bagaimana jika ada hantu merayap,” ucap Aysa.
            “Diamlah Sa,” ucapku dan Nada.
            “Lalu, jika tiba-tiba hantunya khayang bagaimana,” ucap Aysa.
            “Bukan urusan kita Ay, diamlah,” Ucap Vira dan Dela kesal.
Akhirnya kami memberanikan diri bersama-sama ke depan untuk mengecek sakelar. Ternyata powernya mati, dan Risa telah menyalakannya. Mungkin otomatisnya sedang ada masalah, Mama dan Papa masih di luar kota lagi. Lantas, kami melanjutkan menonton film itu hingga larut malam. Vira berpamitan karena akan jalan-jalan dengan pacarnya. Aysa dan Dela juga pulang duluan karena sudah larut malam. Tersisa aku, Risa, Nada, dan Lia. Kami akan mencoba make up baruku yang dibelikan Mama. 21.25 jam dinding rumahku, mereka akhirnya berpamitan pulang. Kini tinggal aku sendirian di rumah, aku membuat segelas susu putih, dan beranjak tidur, karena esok adalah hari yang padat.
            Hari ini sekolah dipulangkan lebih awal karena ada berbagai persiapan. OSIS juga membantu persiapan penyambutan bapak bupati. Segala sesuatu dipersiapkan dengan matang. Saat aku hendak naik tangga untuk memasang hiasan, aku terpeleset dan ada seorang lelaki yang menangkapku. Ia adalah anak yang terkena ice cream sewaktu aku ke gramedia.
            “Terima kasih,” ucapku.
            “Anggap saja kita imbang,” ucap anak itu tersenyum.
            “Baiklah,” ucapku.
            “Oh iya, namaku Dito,” ucapnya.
            “Hai, aku Anggun,” ucapku.
Sesekali kami mengobrol bersama. Lalu Vino ketua OSIS ku memanggil, ternyata Pak Burhan sedang mencari ku. Beliau menyuruh agar semua persiapan selesai kurang dari jam 8 malam, karena anak-anak juga harus istirahat. Aku menyampaikannya kepada Vino, ia mengajakku untuk membeli konsumsi.
            “Kita akan kemana?” tanyaku.
            “Kita beli nasi kotak saja, anak-anak pasti lapar,” jawab Vino.
            “Oke siap,” ucapku.
Seluruh persiapan telah selesai, semua anak berbenah untuk pulang, karena besok harus berangkat pagi, begitupun denganku. Vino menawarkan untuk pulang bersama, aku mengiyakannya. Sesampainya di depan pagar, ia mengucapkan kata-kata yang membuatku terenyuh. “Lain kali, ajaklah aku jika kamu sendirian Anggun, aku pasti akan menemanimu. Besok aku akan menjemputmu pagi-pagi. Selamat malam,” ucapnya. Entah kenapa hati ini berdebar-debar, rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan beranjak tidur.
            Keesokan harinya, penyambutan bupati berlangsung lancar dan meriah. Dito terlihat memperhatikanku dari tadi. Selesai acara, kami berkemas dibantu beberapa pengurus kelas. 13.00 waktu jam tanganku. Tiba-tiba Mama mengirim pesan untuk segera ke rumah sakit, karena bibi mengalami serangan jantung. Lia dan Nada menemaniku ke rumah sakit. Saat sampai di kamar, aku mendapati bibi sedang makan. Kemudian aku menyuapinya, bibi berpesan jika ada pesanan kue yang akan diambil besok. Akhirnya kami berpamitan, dan menuju rumah bibi. Ternyata ada pesanan sebanyak 1000 kotak kue kering. Aku memang bisa membuat kue, tapi jika sebanyak ini aku tidak yakin bisa menyelesaikannya tepat waktu. Lia meminta teman-teman se geng untuk membantu membuat kue.
            “Adonannya kok lembek,” ucap Aysa.
            “Kalau keras, bukan kue, tapi batu wkwk,” ucap Risa.
            “Cepat bantu Aysa,” ucap Nada.
            “Baiklah, akan dibentuk apa ini?” tanya Aysa.
            “Bentuk bunga saja,” jawabku.
Aku mengoperasikan 7 buah oven agar kuenya cepat matang. Walaupun mengangkatnya membutuhkan kekuatan yang tak tertandingi.
            “Setelah ini aku akan berotot,” ucap Aysa.
            “Tidak apa, berotot itu cantik Ay,” ucap Dela.
            “Benar, nanti kamu akan mirip dugong,” sahut Vira.
            “Dugong? Apa itu?” tanya Aysa.
            “Dugong itu pemenag Mis Univers,” ucap Risa.
            “Wah, aku mau, akum au,” ucap Aysa.
            “Nah sip deh Ay,” ucap Lia.
Mungkin Aysa memang anak yang lugu sampai tidak tau apa itu dugong. Semua tertawa mendengar ucapan Aysa, seru juga ternyata membohonginya. 18.55 semua kue sudah siap di antar, mobil pengirimannya akan sampai 1 jam lagi. Tiba-tiba raut wajah Vira terlihat sedih, ia pun menangis. Kami yang melihatnya, langsung menanyakan ada apa. Ia bilang kalau pacarnya memutuskannya dengan cara yang tidak benar.
“Rangga menelfonku, aku tidak tahu setan mana yang merasukinya, ia banyak mencaciku. Apa salahku padanya,” ucap Vira sambil memelukku.
“Apa kamu ada masalah?” tanyaku.
“Bukankah kalian habis qtime kemarin,” ucap Nada.
“Iya, tapi aku tak tahu. Ia menuduhku selingku dengan teman sekelasnya. Aku hanya berteman, tidak lebih,” ucap Vira dengan tangisan yang menjadi-jadi.
“Sabar, nanti kamu cari pacar baru saja,” ucap Aysa.
“Diamlah Aysa,” Ucap Risa dan Dela bersamaan.
“Mungkin Rangga juga akan mendapatkan yang lebih cantic dan bahenol dari kamu,” ucap Aysa.
“Diamlah Ay, atau ku bungkam mulutmu,” Ucap Lia emosi.
Kami berusaha menenangkan Vira. Aku bertanya-tanya, siapa yang tega menfitnah Vira seperti ini. Orang yang tidak memiliki hati, atau mungkin hatinya telah lama mati sebelum kematiannya yang sebenarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Luka Negeriku

Kedai Kopi di Gang Modin

Panggil Saja Aku TEGAR